peluang

Wednesday, May 29, 2013

MAKALAH Landasan Sosiologi dan Antropologi 2



PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Namun apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Hasilnya adalah kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai yang ada pada norma yang berlaku. Hal seperti ini, menjadikan manusia mempunyai akal tapi tak mempunyai kepribadian.
Dalam hal ini, urgensi pendidikan karakter kiranya adalah jawaban bagi kondisi pendidikan seperti ini. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama. Dengan kepentingan itulah, makalah ini kami buat. Selain untuk memenuhi tugas tersturktur dan pentingnya pendidikan bagi kita semua.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan informal, formal dan nonformal?
2.      Apa saja yang menjadi pola-pola kegiatan sosial pendidikan?
3.      Bagaimana sikap guru terhadap siswa dan implikasinya terhadap tugas/peranan guru?

C.     TUJUAN

1.      Dapat memberikan pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan
2.      Dapat memberikan pengetahuan tentang pengertian pola-pola kegiatan sosial pendidikan
3.      Memperjelas bagaiamana peranan seorang guru terhadap siswa

 
PEMBAHASAN

A.    Pendidikan Informal, Formal, dan Nonformal

1.      Pendidikan Informal

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Terjadi didalam lingkungan dan keluarga.
Contihnya dalam hal :
a.       Agama
b.      Budi pekerti
c.       Etika
d.      Sopan santun
e.       Moral, dan
f.       Sosialisasi
dalam contoh yang telah dibeutkan tadi, semuanya penting untuk dilakukan apalagi dalam pembentukan karakter seorang anak harus ditanamkan semenjak usia dini. Dalam hal sosialisasi juga perlu diperhatikan dengan keadaan lingkungan kita bagaiman anak itu bergaul dan berinteraksi dengan yang lainnya.
2.      Pendidikan Formal

Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang. Terdiri atas pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta. Satuan pendidikan penyelenggara diantaranya:
a.       Taman kanak-kanak (TK)
b.      Raudatul Athfal (RA)
c.       Sekolah Dasar (SD)
d.      Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
e.       Sekolah Mmenengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
f.       Perguruan Tinggi (Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, Universitas)
Sekolah memiliki sturktur yang didukung oleh berbagai unsur dan komponen. Fungsi pendidikan sekolah :
a.       Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat
b.      Fungsi sosialisasi (memilih dan mengerjakan peranan social)
c.       fungsi integritasi social
d.      fungsi mengembangkan kepribadian individu atau anak
e.       fungsi mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
f.       fungsi inovasi/men-transformasi masyarakat dan kebudayaan

3.      Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur ppendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara tersturktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Sasaran pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Fungsi pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap kepribadian profesional.
Jenis pendidikan nonformal meliputi :

a.       pendidiikan kecakapan hidup,
b.       pendidikan anak usia dini,
c.        pendidikan kepemudaan,
d.      pendidikan pemberdayaan perempuan,
e.       pendidikan kesetaraan,
f.       pendidikan keterampilan, dan
g.       pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi :
a.       Paket A
b.      Paket B
c.       Paket C
Serta pendidikan lain yang ditunjukkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti:
a.       Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
b.      Lembaga Khusus
c.       Lembaga Pletihan
d.      Kelompok Belajar
e.       Majelis Taklim
f.       Sanggar
Serta penddidikan lain yang ditujukan untuk mengemangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan penyelenggara, kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Lembaga kursus, sanggar, Lembaga Pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim.
Kursus dan pelatiha diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam hal ini, pendidikan tidak bisa lepas dari masyarakat dan kebudayaan. Ada hubungan timbal balik antara semua ini. Dalam hubungan keadaan serta harapan masyarakatnya, masyarakat dan kebudayaan pranata memiliki fungsi utama, yaitu :
a.       Fungsi Konservasi
b.      Fungsi inovasi/kreasi/transformasi

B.     Pola-pola Kegiatan Sosial Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan, jenis pola kegiatan sosial pendidikan yang diharapkan terjadi adalah jenis pola transaksional. Adapun dalam kegiatan sosial pendidikan pola transaksional tersebut diharapkan tercipta pola dasar hubungan transaksional jenis yang ke empat yaitu I’am OK – You are OK, artinya bahwa guru mau melaksanakan pendidikan dan siswa pun mau melaksanakan pendidikan.

Menurut Sulipan ada tiga Pola kegiatan sosial pendidikan, diantaranya yaitu:

Ada tiga pola kegiatan social dalam pendidikan , yaitu  (a) Pola Nomothetis (The nomothetic style); (b) pola idiografis (the idiografic style), dan  (c) pola transaksional (the transactional style).
a.        Pola Nomothetis
Pola nomothetis lebih menekankan pada  dimensi tingkah laku yang bersifat normatif atau nomothetis, dengan demikian pendidikan lebih mengutamakan pada tuntutan-tuntutan instiitusi (pranata), peranan yang seharusnya (ascribed role) dan harapan-harapan atau cita-cita social, dari pada  tuntutan-tuntutan yang bersifat perorangan, kepribadian dan kebutuhan individu.  Dalam hal ini pendidikan dibataskan sebagai urusan mewariskan milik social kepada generasi muda, pendidikan adalah proses sosialisasi individu ( socialization of personality). Hal ini menimbulkan  aliran sosiologisme dalam pendidikan.
b.        Pola Idiografis
Pola Idiografis lebih mnekankan pada dimesnsi tingkah laku  yang bersifat tuntuitan individual, kepribadian dan persorangan. Pendidikan dibataskan sebagai urusan membantu seseorang  mengembangkan kepribadiannya seoptimal mungkin. Pendidikan adalah personalisasi peranan ( personalization of role). Hal ini menumbuhkan Psikologisme dalam pendidikan atau developmentalisme.
c.        Pola Transaksional          
Pola transaksional berusaha menjembatani antara pola nomothetis dan pola idiografis, hal ini berarti  menjembatani anatara tuntutan, harapan dan peranan social dengan tuntutan, kebutuhan  dan  individual. Pola transaksional memandang pendidikan sebagai sebuah sistem social  yang mengndung ciri-ciri  bahwa:
 (1) setiap individu mengenali betul  tujuan system sehingga tujuan tersebut menjadi bagian dari kebutuhan dirinya,
 (2) setiap indiiviidu yakin bahwa harapan-harapan social yang dikenakan pada dirinya masuk akal untuk dapat dicapainya, dan (3) setiap individu merasa bahwa dia termasuk dalam sebuah kelompok dengan suasana emosional yang sama.

C.     Pola Sikap Guru kepada Siswa dan Implikasinya terhadap Fungsi dan Tipe Guru
David hargreaves mengemukakan tiga kemungkinan pola sikap guru terhadap muridnya serta implikasinya terhadap fungsi dan tipe/kategori guru:
a.       Guru berasumsi bahwa muridnya belum menguasai kebudayaan, sedangkan pendidikan diartikan sebagai enkulrurasi (pembudayaan). Implikasinya maka tugas dan fungsi guru adalah menggiring muridnya untuk mempelajari hal-hal yang dipilihkan guru. Tipe guru ini dinamakan sebagai penjinak atau penggembala singa.
b.      Guru berasumsi bahwa muridnya mempunyai dorongan untuk belajar yang harus mengahadapi materi yang baru, cukup berat dan kurang menarik. Implikasinya tugas guru adalah membuat pengajaran menjadi menyenangkan, menarik, dan mudah. Tipe guru ini dinamakan sebagai penghibur atau entertainer.
c.       Guru berasumsi bahwa muridnya mempunyai dorongan  belajar dan ditambah dengan harapan mampu menggali sumber belajar. Implikasinya guru harus memberikan kebebasan yang cukup luas kepada muridnya. Tipe guru ini dinamakan sebagai guru romantik.

 PENUTUP
Kesimpulan
Dengan demikian, pengaruh sosial terhadap pendidikan adalah merupakan bentuk pendidikan yang bersamaan dalam kehidupan. Pendidikan merupakan aspek kehidupan.
Karena itu sistem pendidikan dengan sistem lainnya dalam masyarakat mempunyai  hubungan yang erat, pendidikan mempengaruhi dn dipengaruhi oleh sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, politik dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Dahlan,MD.,(1984), Model-model Mengajar ; Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar, Bandung, CV. Diponegoro
2.      http;//lunnablog-luna.blogspot.com/2010/10/landasan-pendidikan.html
3.      http://id.shvoong.com/sosial-sciences/education/2127953-pola-pola-pendidikan/#ixzz2CpPVJYrl
 


No comments:

Post a Comment