peluang

Wednesday, May 29, 2013

MAKALAH Landasan Sosiologi dan Antropologi 2



PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Namun apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Hasilnya adalah kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai yang ada pada norma yang berlaku. Hal seperti ini, menjadikan manusia mempunyai akal tapi tak mempunyai kepribadian.
Dalam hal ini, urgensi pendidikan karakter kiranya adalah jawaban bagi kondisi pendidikan seperti ini. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama. Dengan kepentingan itulah, makalah ini kami buat. Selain untuk memenuhi tugas tersturktur dan pentingnya pendidikan bagi kita semua.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan informal, formal dan nonformal?
2.      Apa saja yang menjadi pola-pola kegiatan sosial pendidikan?
3.      Bagaimana sikap guru terhadap siswa dan implikasinya terhadap tugas/peranan guru?

C.     TUJUAN

1.      Dapat memberikan pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan pendidikan
2.      Dapat memberikan pengetahuan tentang pengertian pola-pola kegiatan sosial pendidikan
3.      Memperjelas bagaiamana peranan seorang guru terhadap siswa

 
PEMBAHASAN

A.    Pendidikan Informal, Formal, dan Nonformal

1.      Pendidikan Informal

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Terjadi didalam lingkungan dan keluarga.
Contihnya dalam hal :
a.       Agama
b.      Budi pekerti
c.       Etika
d.      Sopan santun
e.       Moral, dan
f.       Sosialisasi
dalam contoh yang telah dibeutkan tadi, semuanya penting untuk dilakukan apalagi dalam pembentukan karakter seorang anak harus ditanamkan semenjak usia dini. Dalam hal sosialisasi juga perlu diperhatikan dengan keadaan lingkungan kita bagaiman anak itu bergaul dan berinteraksi dengan yang lainnya.
2.      Pendidikan Formal

Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang. Terdiri atas pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta. Satuan pendidikan penyelenggara diantaranya:
a.       Taman kanak-kanak (TK)
b.      Raudatul Athfal (RA)
c.       Sekolah Dasar (SD)
d.      Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
e.       Sekolah Mmenengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
f.       Perguruan Tinggi (Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, Universitas)
Sekolah memiliki sturktur yang didukung oleh berbagai unsur dan komponen. Fungsi pendidikan sekolah :
a.       Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat
b.      Fungsi sosialisasi (memilih dan mengerjakan peranan social)
c.       fungsi integritasi social
d.      fungsi mengembangkan kepribadian individu atau anak
e.       fungsi mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan
f.       fungsi inovasi/men-transformasi masyarakat dan kebudayaan

3.      Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur ppendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara tersturktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Sasaran pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Fungsi pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap kepribadian profesional.
Jenis pendidikan nonformal meliputi :

a.       pendidiikan kecakapan hidup,
b.       pendidikan anak usia dini,
c.        pendidikan kepemudaan,
d.      pendidikan pemberdayaan perempuan,
e.       pendidikan kesetaraan,
f.       pendidikan keterampilan, dan
g.       pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi :
a.       Paket A
b.      Paket B
c.       Paket C
Serta pendidikan lain yang ditunjukkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti:
a.       Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
b.      Lembaga Khusus
c.       Lembaga Pletihan
d.      Kelompok Belajar
e.       Majelis Taklim
f.       Sanggar
Serta penddidikan lain yang ditujukan untuk mengemangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan penyelenggara, kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Lembaga kursus, sanggar, Lembaga Pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim.
Kursus dan pelatiha diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dalam hal ini, pendidikan tidak bisa lepas dari masyarakat dan kebudayaan. Ada hubungan timbal balik antara semua ini. Dalam hubungan keadaan serta harapan masyarakatnya, masyarakat dan kebudayaan pranata memiliki fungsi utama, yaitu :
a.       Fungsi Konservasi
b.      Fungsi inovasi/kreasi/transformasi

B.     Pola-pola Kegiatan Sosial Pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan, jenis pola kegiatan sosial pendidikan yang diharapkan terjadi adalah jenis pola transaksional. Adapun dalam kegiatan sosial pendidikan pola transaksional tersebut diharapkan tercipta pola dasar hubungan transaksional jenis yang ke empat yaitu I’am OK – You are OK, artinya bahwa guru mau melaksanakan pendidikan dan siswa pun mau melaksanakan pendidikan.

Menurut Sulipan ada tiga Pola kegiatan sosial pendidikan, diantaranya yaitu:

Ada tiga pola kegiatan social dalam pendidikan , yaitu  (a) Pola Nomothetis (The nomothetic style); (b) pola idiografis (the idiografic style), dan  (c) pola transaksional (the transactional style).
a.        Pola Nomothetis
Pola nomothetis lebih menekankan pada  dimensi tingkah laku yang bersifat normatif atau nomothetis, dengan demikian pendidikan lebih mengutamakan pada tuntutan-tuntutan instiitusi (pranata), peranan yang seharusnya (ascribed role) dan harapan-harapan atau cita-cita social, dari pada  tuntutan-tuntutan yang bersifat perorangan, kepribadian dan kebutuhan individu.  Dalam hal ini pendidikan dibataskan sebagai urusan mewariskan milik social kepada generasi muda, pendidikan adalah proses sosialisasi individu ( socialization of personality). Hal ini menimbulkan  aliran sosiologisme dalam pendidikan.
b.        Pola Idiografis
Pola Idiografis lebih mnekankan pada dimesnsi tingkah laku  yang bersifat tuntuitan individual, kepribadian dan persorangan. Pendidikan dibataskan sebagai urusan membantu seseorang  mengembangkan kepribadiannya seoptimal mungkin. Pendidikan adalah personalisasi peranan ( personalization of role). Hal ini menumbuhkan Psikologisme dalam pendidikan atau developmentalisme.
c.        Pola Transaksional          
Pola transaksional berusaha menjembatani antara pola nomothetis dan pola idiografis, hal ini berarti  menjembatani anatara tuntutan, harapan dan peranan social dengan tuntutan, kebutuhan  dan  individual. Pola transaksional memandang pendidikan sebagai sebuah sistem social  yang mengndung ciri-ciri  bahwa:
 (1) setiap individu mengenali betul  tujuan system sehingga tujuan tersebut menjadi bagian dari kebutuhan dirinya,
 (2) setiap indiiviidu yakin bahwa harapan-harapan social yang dikenakan pada dirinya masuk akal untuk dapat dicapainya, dan (3) setiap individu merasa bahwa dia termasuk dalam sebuah kelompok dengan suasana emosional yang sama.

C.     Pola Sikap Guru kepada Siswa dan Implikasinya terhadap Fungsi dan Tipe Guru
David hargreaves mengemukakan tiga kemungkinan pola sikap guru terhadap muridnya serta implikasinya terhadap fungsi dan tipe/kategori guru:
a.       Guru berasumsi bahwa muridnya belum menguasai kebudayaan, sedangkan pendidikan diartikan sebagai enkulrurasi (pembudayaan). Implikasinya maka tugas dan fungsi guru adalah menggiring muridnya untuk mempelajari hal-hal yang dipilihkan guru. Tipe guru ini dinamakan sebagai penjinak atau penggembala singa.
b.      Guru berasumsi bahwa muridnya mempunyai dorongan untuk belajar yang harus mengahadapi materi yang baru, cukup berat dan kurang menarik. Implikasinya tugas guru adalah membuat pengajaran menjadi menyenangkan, menarik, dan mudah. Tipe guru ini dinamakan sebagai penghibur atau entertainer.
c.       Guru berasumsi bahwa muridnya mempunyai dorongan  belajar dan ditambah dengan harapan mampu menggali sumber belajar. Implikasinya guru harus memberikan kebebasan yang cukup luas kepada muridnya. Tipe guru ini dinamakan sebagai guru romantik.

 PENUTUP
Kesimpulan
Dengan demikian, pengaruh sosial terhadap pendidikan adalah merupakan bentuk pendidikan yang bersamaan dalam kehidupan. Pendidikan merupakan aspek kehidupan.
Karena itu sistem pendidikan dengan sistem lainnya dalam masyarakat mempunyai  hubungan yang erat, pendidikan mempengaruhi dn dipengaruhi oleh sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, politik dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Dahlan,MD.,(1984), Model-model Mengajar ; Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar, Bandung, CV. Diponegoro
2.      http;//lunnablog-luna.blogspot.com/2010/10/landasan-pendidikan.html
3.      http://id.shvoong.com/sosial-sciences/education/2127953-pola-pola-pendidikan/#ixzz2CpPVJYrl
 


MAKALAH PENGERTIAN PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
     Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Salah satunya sebagai media yang berfungsi menjadikan manusia lebih baik dari sebelumnya. Peran penting lainnya adalah untuk memenusiakan manusia.
     Akan tetapi, pada kenyataaan sebagian orang hanya memahami secara garis besar hal-hal yang berhubungan dengan  pendidikan. Beberapa hanya mengetahui pendidikan sebagai sarana belajar, terutama sarana belajar dalam bidang akademis. Sehingga pengertian pendidikan secara mendasar kurang dipahami.
     Maka dari penulisan makalah ini, dapat diketahui pengertian pendidikan secara mendasar, baik pengertian secaraa luas atau sempit. Selain itu dibahas pengertian pendidikan baerdasarkan pandekatan ilmiah dan pendekatan sistem.

B.     Rumusan Masalah
Supaya dalam pembahasan dan penulisan makalah ini lebih terarah dan mudah untuk dipahami, maka penulis merumuskan masalah-masalah,yaitu sebagai berikut :
1.      Apa pengertian pendidikan dalam arti luas?
2.      Apa pengertian pendidikan dalam ati sempit?
3.      Apa pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah?
4.      Apa pengertian pendidikan berdasarkan sistem?

C.     Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah yaitu:
1.         Mengetahui pengertian pendidikan dalam arti luas?
2.         Menetahui  pengertian pendidikan dalam ati sempit?
3.         mengetahui pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah?
5.      Mengetahui pengertian pendidikan berdasarkan sistem?
D.    Ruang Lingkup
     Pembuatan makalah yang penulis lakukan hanya difokuskan pada pengertian pendidikan secara mendasar baik secara luas dan sempit, pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah, pengertian pendidikan berdasarkan sistem.

  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian pendidikan dalam arrti sempit
     Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat.Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka). Dalam arti sempit, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta didik. Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan pendidikan suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan ditetapkan oleh para siswanya.
2.      Lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi, mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan lebih dari itu. Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam satuan waktu.
 Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka yang menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru.
1.      Setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda.
a.       hasil studi terhadap objek formalnya masing-masing, setiap disiplin ilmu menghasilkan perbedaan pula mengenai konsep atau definisi yang identik dengan pendidikan.
b.      Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan identik dengan sosialisasi (socialization).
c.       Berdasarkan pendekatan antropologi, pendidikan identik dengan enkulturasi (enculturation).
d.      Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan identik dengan penanaman modal pada diri manusia (human investment).
e.       Berdasarkan pendekatan politik, pendidikan identik dengan civilisasi (civilization).
f.       Berdasarkan pendekatan psikologis, pendidikan identik dengan personalisasi atau individualisasi (personalization atau inividualization).
g.      Berdasarkan pendekatan biologi, pendidikan identik dengan adaptasi (adaptation).

B.     Pengertian pendidikan dalam arti luas
      Sedangkan pendidikan dalam arti makro (luas) adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu/ pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan dalam arti luas juga dapat diartikan hidup (segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir).
Jadi pendidikan dalam arti luas, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu.
Dalam arti luas, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.         Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup individu, tidak ditentukan oleh orang lain.
2.         Pendidikan berlangsung kapan pun, artinya berlangsung sepanjang hayat (life long education). Karena itu pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu yang bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan individu dengan Tuhannya, sesama manusia, alam, bahkan dengan dirinya sendiri.
3.         Dalam hubungan yang besifat multi dimensi itu, pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, tindakan, dan kejadian, baik yang pada awalnya disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
4.         Berlangsung bagi siapa pun. Setiap individu anak-anak atau pun orang dewasa, siswa/mahasiswa atau pun bukan siswa/ mahasiswa dididik atau mendidik diri.
5.         Pendidikan berlangsung dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada schooling saja. Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan di dalam lingkungan alam dimana individu berada. Pendidik bagi individu tidak terbatas pada pendidik profesional.
C.     Pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah
     Pendidik karena kedudukannya, adalah seorang pengambil keputusan. Setiap hari pada waktu melaksanakan proses pendidikan , pendidik dihadapkan pada tugas mngambil keputusan tentang bagaimana merencanakan pengalaman belajar, mengajar, membimbing mahasiswa, mengorganisasi sistem sekolah, dan banyak lagi hal – hal yang lain.
1.      Sumber-sumber pendidikan.
a.       Pengalaman.
     Pengalaman adalah sumber pengetahuan yang telah banyak diketahui dan digunakan orang. Kearifan yang ditemukan dari generasi ke generasi merupakan hasil dari pengalaman, apabila kita tidak mengambil manfaat ari pengalaman itu mungkin kemajuan akan sangat terhambat. Kemampuan untuk belajar dari pegalaman sering dianggap sebagai ciri utama dari perilaku cerdas manusia. Meskipun demikian, sebagi sumber kebenaran, pengalaman mempunyai keterbatasan. Hal ini karena ada tidaknya pengaruh suatu kejadian terhadap seseorang akan bergantung kepada siapa orang itu. Kelemahan lain dari pengalaman ialah bahwa sering kali seseorang perlu mengetahui hal – hal yang tidak dapat dipelajari/diketahui lewat pengalamannya sendiri.
b.      Otoritas
     Otoritas atau wewenang sering dijadikan orang dalam hal – hal yang sulit atau yang tidak mungkin diketahui melalui pengalaman pribadi. Artinya, orang mencari jawab dari pertanyaan itu dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman dalam hal itu, atau yang telah mempunyai sumber keahlian lainnya. Erat hubungannya dengan wewenang adalah kebiasaan dan tradisi, yang kita jadikan pegangan guna menjawab pertanyaan yang ada hubungannya dengan profesi kita maupun untuk memecahkan masalah sehari – hari.
c.       Cara berfikir deduktif
     Cara berpikir deduktif dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan memakai kaidah logika tertentu. Hal ini dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme, yang terdiri atas :
1)      Dasar pemikiran utama premis mayor
2)      Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3)      Kesimpulan


Contoh silogisme :
Premis pertama: Semua manusia adalah makhluk hidup (dasar pemikiran utama)
Premis kedua    : Socrates adalah seorang manusia (dasar  pemikiran kedua) oleh karena itu
Kesimpulan       : Socrates adalah makhluk hidup
d.      Cara berfikir induktif
     Kesimpulan yang berasal dari cara berpikir deduktif hanya benar apabila premis yang menjadi dasar kesimpulan itu benar. Francis Bacon (1561-1626), berpendapat bahwa para pemikir hendaknya tidak merendahkan diri begitu saja dengan menerima premis orang yang punya otoritas sebagai kebenaran mutlak. Bacon menyatakan agar para pencari kebenaran mengamati alam secara langsung dan membersihkan pikiran dari purbasangka dan gagasan-gagasan yang telah terbentuk sebelumnya, yang disebutnya sebagai “pujaan” (idol).
     Menurut sistem Bacon, pengamatan dilakukan pada kejadian-kejadian tertentu di dalam kelas. Kemudian, berdasarkan kejadian-kejadian yang diamati tersebut, ditarik kesimpulan-kesimpulan tentang seluruh kelas. Pendekatan ini dikenal sebagai cara berpikir induktif.
e.       Pendekatan ilmiyah
     Pendekatan ilmiah biasanya dilukiskan sebagai proses dimana penyelidikan secara induktif bertolak dari pengamatan mereka menuju hipotesis. Kemudian secara deduktif peneliti bergerak dari hipotesis ke implikasi logis hipotesis tersebut. Mereka menarik kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai akibat yang akan terjadi apabila hubungan yang diduga itu benar. Apabila implikasi yang diperoleh secara deduktif  ini sesuai dengan pengetahuan yang sudah diterima dengan data empiris (yang dikumpulkan). Berdasarkan bukti-bukti ini, maka hipotesis itu dapat diterima atau ditolak.
Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah:
1)      Perumusan masalah
     Penyelidikan ilmiah bermula dari suatu masalah atau persoalan yang memerlukan pemecahan. Agar dapat diselidiki secara ilmiah, suatu persoalan harus mempunyai satu ciri penting: persoalan tersebut harus dapat dirumuskan sedemikian rupa, sehingga dapat dijawab dengan pengamatan dan percobaan di dunia ini. Persoalan-persolan yang menyangkut pilihan atau nilai-nilai tidak dapat dijawab atas dasar informasi faktual belaka.
2)      Pengajuan hipotesis
     Langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis yang merupakan penjelasan sementara tentang masalah itu. Tahap ini mengharuskan penelitian membaca bacaan yang berkaitan dengan masalah itu dan berpikir lebih mendalam lagi.
3)      Cara berfikir induktif
     Melalui proses berpikir deduktif, implikasi hipotesis yang diajukan itu, yaitu apa yang akan dapat diamati jika hipotesis tersebut benar ditetapkan.
4)      Pengumpulan analisis data
     Hipotesis atau lebih tepatnya implikasi yang diperoleh melalui deduksi, diuji dengan jalan mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah yang diselidiki melalui pengamatan, tes dan eksperimentasi.
5)      Penerimaan atau penolakan hipotesis
    Setelah data dikumpulkan, maka hasilnya dianalisis untuk menetapkan apakah penyelidikan memberikan bukti-bukti yang mendukung hipotesis atau tidak.

Contoh pendekatan ilmiah :
Ada dua macam logika yang dipergunakan disini, yaitu deduktif dan induktif. Kesimpulan induktif dimulai dengan pengamatan mesin sehingga sampai pada kesimpulan umum. Misalnya, jika sepeda motor itu melintasi gundukan tanah kemudian mesinnya mogok, melintasi gundukan tanah lainnya kemudian mogok lagi, dan ketika melintasi gundukan tanah lainnya kemudian mogok lagi, sedangkan ketika melintasi jalan panjang yang halus, mesin tidak mengalami kemacetan tetapi ketika melintasi gundukan tanah yang keempat mesin itu mogok lagi, maka secara logis orang dapat menyimpulkan bahwa mesin itu disebabkan oleh gundukan tanah. Itulah induksi : cara berpikir berdasarkan pengalaman – pengalaman khusus menuju kebenaran umum. Sedangkan deduktif adalah sebaliknya.
Pemecahan masalah yang terlalu rumit bagi orang awam dicapai melalui deretan panjang kesimpulan-kesimpulan induktif dan deduktif yang menyelip diantara pengamatan mesin dan ingatan akan urutan mesin yang terdapat di dalam buku pedoman. Proses yang benar bagi jalinan ini dirumuskan sebagai metode ilmiah.
Pernyataan-pernyataan logis yang dimasukkan ke dalam buku catatan dibagi menjadi:
1)      Pengungkapan masalah
2)      Hipotesis mengenai sebab masalah tersebut
3)      Percobaan-percobaan yang dirancang untuk menguji tiap-tiap hipotesis
4)      Hasil-hasil percobaan yang diramalkan
5)      Hasil-hasil percobaan yang dinikmati
6)      Kesimpulan yang ditarik dari hasil-hasil percobaan tersebut
Tujuan metode ilmiah yang sebenarnya ialah untuk meyakinkan seseorang bahwa Alam tidak menyesatkan, sehingga tak seorangpun merasa mengetahui sesuatu yang sebenarnya tidak diketahuinya.
Pendekatan yang berhati-hati terhadap pertanyaan-pertanyaan awal ini menjaga agar tidak dilakukan kesalahan pokok yang dapat mengakibatkan kerja tambahan selama berminggu-minggu atau bahkan dapat membuat seseorang terhenti sama sekali. Karena itu, maka pertanyaan-pertanyaan ilmiah sering tampak mengada-ada. Pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dengan maksud mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang parah di kemudian hari.
D.    Pengertian Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem
     Pengertian pendidikan sebagai sebuah sistem adalah pendidikan sebagai suatu keseluruhan, baik teori mengenai sistem hingga sistem pendidikan nasional dan sekolah (Suparlan: 2008). Menurut Banathy, teori sistem adalah suatu ekspresi yang terorganisir dari rangkaian berbagai konsep dan prinsip yang saling terkait yang berlaku untuk semua sistem. Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sebuah sistem yaitu:
1.    Pendekatan Prosedur
     Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu  kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2.    Pendekatan Komponen atau Elemen.
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada komponen atau elemen sehingga sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem memiliki klasifikasi yang dapat membedakan sistem yang satu dengan sistem yang lain, klasifikasi dari sistem sebagai berikut:

1.      Sistem Abstrak dan Sistem Fisik.
     Sistem abstrak (abstract system) adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep, misalnya sistem teologi yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dan tuhan. Sedangkan sistem fisik (physical system) adalah sistem yang secara fisik dapat dilihat, misalnya sistem komputer, sistem sekolah, sistem akuntansi dan sistem transportasi.
2.      Sistem Deterministik dan Sistem Probabilisti.
     Sistem deterministik (deterministic system) adalah suatu sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat, misalnya sistem komputer. Sedangkan sistem probabilistik (probabilistic system) adalah sistem yang tak dapat diramal dengan pasti karena mengandung unsur probabilitas, misalnya sistem arisan dan sistem sediaan, kebutuhan rata-rata dan waktu untuk memulihkan jumlah sediaan dapat ditentukan tetapi nilai yang tepat sesaat tidak dapat ditentukan dengan pasti.
3.      Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi, atau energi dengan lingkungan, dengan kata lain sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya reaksi kimia dalam tabung yang terisolasi. Sedangkan sistem terbuka (open system) adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya sistem perusahaan dagang.
4.      Sistem Alamiah dan Sistem Buatan Manusia
Sistem Alamiah (natural system) adalah sistem yang terjadi karena alam, misalnya sistem tata surya. Sedangkan sistem buatan manusia (human made system) adalah sistem yang dibuat oleh manusia, misalnya sistem komputer.



5.      Sistem Sederhana dan Sistem Kompleks
     Berdasarkan tingkat kerumitannya, sistem dibedakan menjadi sistem sederhana (misalnya sepeda) dan sistem kompleks (misalnya otak manusia).
Konsep dasar sistem secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Komponen-komponen sistem saling berhubungan satu sama.
  1. Suatu keseluruhan tanpa memisahkan komponen pembentukannya.
  2. Bersama-sama dalam mencapai tujuan.
  3. Memiliki input dan output.
  4. Terdapat proses yang merubah input menjadi output.
  5. Terdapat aturan
  6. Terdapat subsistem yang lebih kecil.
  7. Terdapat deferensiasi antar subsistem.
  8. Terdapat tujuan yang sama meskipun mulainya berbeda.
     Untuk memahami atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari pembentukan sebuah sistem. Berikut ini karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem yang lain.
  1. Tujuan (goal): Setiap sistem memiliki tujuan (goal) apakah hanya satu atau mungkin banyak dan tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. Tujuan inilah yang menjadi pendorong yang mengarahkan sistem bekerja. Tanpa tujuan yang jelas, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali.
  2. Komponen (component): Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bisa merupakan subsistem dari sebuah sistem.
  3. Penghubung (interface): Tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi.
  4. Batasan (boundary): Penggambaran dari suatu elemen atau unsur yang termasuk didalam sistem dan yang diluar sistem.
  5. Lingkungan (environment): Segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala dan input terhadap suatu sistem.
     Pendekatan sistem merupakan suatu metode ilmiah, dimana proses pencapaian hasil atau tujuan logis dari pemecahan masalah dilakukan dengan cara efektif dan efisien. Menurut Reigeluth, pendekatan sistem adalah transaksi dari suatu urutan logis dari operasi untuk tujuan mengubah satu atau lebih faktor dalam suatu sistem. Penerapan pendekatan sistem ini dapat membantu mencapai suatu efek sinergitis dimana tindakan-tindakan berbagai bagian yang berbeda dari sistem tersebut bila dipersatukan akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan terpisah bagian demi bagian. Jadi, pendekatan sistem merupakan aplikasi pandangan sistem (system view or system thinking) dalam upaya memahami sesuatu atau untuk memecahkan suatu permasalahan secara lebih efektif dan efisien.
Pendekatan sistem dapat dihubungkan dengan analisis kondisi fisik (misalnya: sistem tata surya, rakitan mesin), dapat dihubungkan dengan analisis biotis (misalnya: jaring-jaring ekologis, koordinasi tubuh manusia), dan dapat dihubungkan dengan analisis gejala sosial (misalnya: kehidupan ekonomis, gejala pendidikan, pola nilai hidup). Analisis sistem sosial relatif lebih rumit dibanding analisis sistem fisik dan sistem biotis, sistem sosial seperti sistem pendidikan pada umumnya bersifat terbuka, yaitu suatu sistem yang mudah dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di luar sistem (rentan terhadap pengaruh luar). Sebagai contoh, sistem persekolah yang mudah dipengaruhi oleh situasi/trend di masyarakat dan kebijakan pemerintah. Karakter sistem pendidikan yang bersifat terbuka ini menuntut konsekuensi penyelenggaraan pendidikan sekolah yang lebih kritis dan kreatif dalam mencari alternatif pengembangan secara berkesinambungan.
     Pendekatan sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya. Keuntungan yang diperoleh apabila pendekatan sistem ini dilaksanakan antara lain :
  1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya terbatas akan dapat dihindari.
  2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
  3. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih cepat dan objektif.
  4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program. Jadi berbagai kemungkinan yang tersedia dapat diperhitungkan, sehingga tidak ada yang luput dari perhatian. Sekalipun demikian bukan berarti pendekatan sistem tidak mempunyai kelemahan, salah satu kelemahan yang penting adalah dapat terjebak dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan dapat diselesaikan.
     Dalam pendekatan sistem upaya pemecahan masalah secara menyeluruh dilakukan dengan analisa sistem. Ada banyak batasan tentang analisa sistem, beberapa di antaranya:
1.      Analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan yang ada dan relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu sistem yang ada.
  1. Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas yang ada, dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian, sehingga membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu analisa sistem yang baik adalah :
1. Tentukan input dan output dasar dari sistem.
2. Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap.
3. Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan :
- Fersibility : cari yang memungkinkan
- Viability : kelangsungan
- Cost : cari yang harganya murah/terjangkau
- Effectiveness : dengan input yang sedikit, output besar.
4. Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga.
5. Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru.
Pendekatan sistem adalah satu kesatuan dalam:
1. a way of thinking (filsafat sistem), yaitu sebuah paradigma baru dari persepsi dan penjelasan, yang diwujudkan dalam gabungan, berpikir holistik, tujuan-mencari, hubungan sebab akibat, dan proses-penyelidikan yang fokus dengan titik sasaran dapat menggambarkan suatu rancang bangun atau unsur pendekatan sistem yang akan bermanfaat dan mudah diaplikasikan pada tugas-tugas manajerial dalam konteks merumuskan strategi.
2. a method or technique of analysis (analisis sistem), yaitu pengamatan dan pemeriksaan fenomena yang berhubungan untuk tujuan memahami cara berinteraksi dari beberapa faktor dan mempengaruhi kinerja sebuah sistem dalam periode waktu yang lama (Reigeluth). Analisis sistem menekankan pada metode berfikir dan bekerja mengenai bagaimana menggunakan sumber-sumber yang tersedia secara optimal atau pendekatan yang bermanfaat pada proses pengambilan keputusan baik yang dilakukan pada tingkat manajerial maupun operasional.
3. a managerial style (manajemen sistem), yaitu menekankan pada metode berfikir dan bekerja dengan titik sasaran pada upaya pencarian manfaat. Manajemen sistem menggunakan metode sintesis (memadukan semua unsur dalam satu kesatuan), untuk mengintegrasikan operasi kerja melalui perencanaan operasional sehingga jaringan hubungan antar komponen menjadi jelas atau pendekatan yang berguna dalam pengelolaan organisasi-organisasi besar terutama dalam pengelolaan fungsi, proyek, atau program-program.
     Salah satu model sistem yang sangat umum adalah model ”masukan-proses-hasil”, dimana antara masukan dan hasil terdapat sebuah proses yang memiliki banyak komponen yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Sistem Pendidikan Nasional juga merupakan sebuah sistem yang kompleks, dimana sumber-sumber masukan dari masyarakat ke dalam sistem pendidikan nasional dapat berupa informasi, energi atau tenaga dan bahan-bahan.
     Hal ini dapat tergambar dari Sistem Pendidikan Nasional dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan Nasional di bawah ini:
Terdapat dua jenis masukan dalam bentuk informasi, yaitu informasi produk dan informasi operasional. Informasi produk berupa kualitas dan kuantitas peserta didik. Kualitas peserta didik meliputi identitas, latar belakang keluarga (termasuk sosial ekonomi), kemampuan, minat, dan sebagainya. Kuantitas peserta didik menyangkut jumlah keseluruhan peserta didik dalam umur siap sekolah dan mempunyai kebutuhan untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Jumlah keseluruhan peserta didik  tersebut menurut kesatuan wilayah baik provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa.
     Sedangkan informasi operasional berupa sumber daya kependidikan, penghasilan nasional, penghasilan perkapita, ilmu, seni, teknologi, cita-cita nasional dan segala barang dan peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan pendidikan. Di samping itu, juga termasuk informasi lingkungan meliputi sistem bio-sosial, sistem sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik.
     Adapun masukan dalam bentuk energi atau tenaga adalah energi manusia yang meliputi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan baik peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan. Di samping itu, diperlukan energi bukan manusia berupa listrik, gas, bensin, dan sebagainya yang dapat dipergunakan sebagai peralatan pendidikan dan administratif dalam melancarkan operasional pendidikan dan administrasi.
Masukan berupa bahan-bahan adalah sumber-sumber Sistem Pendidikan Nasional non-manusia seperti kurikulum, buku pelajaran, sarana dan prasarana pendidikan dan administrasi, teknologi pendidikan, bangunan dan sebagainya. Di samping itu, termasuk masukan berupa penghasilan nasional dan penghasilan per kapita yang tersedia untuk membiayai seluruh kegiatan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selanjutnya, proses dalam sistem pendidikan nasional meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
  1. Tujuan pendidikan, yaitu sesuatu hal yang diharapkan dapat dicapai sepanjang proses. Tujuan pada akhir keseluruhan proses adalah tujuan umum atau tujuan nasional pendidikan. Sedangkan untuk sampai pada akhir proses, terdapat sederatan tujuan yang disebut tujuan khusus. Tujuan-tujuan ini berfungsi sebagai pengarah operasional kegiatan pendidikan.
  2. Organisasi Pendidikan, yaitu keseluruhan tatanan hubungan antar bagian-bagian dan antar unsur-unsur dalam sebuah kesatuan sistem pendidikan nasional.
  3. Masa Pendidikan, yaitu jangka waktu kelangsungan seluruh kegiatan di sebuah satuan pendidikan.
  4. Prasarana Pendidikan, yaitu segala hal yang merupakan penunjang terselenggaranya proses pendidikan dalam sistem pendidikan nasional.
  5. Sarana Pendidikan, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan.
  6. Isi Pendidikan, yaitu semua hal atau pengalaman yang perlu dipelajari oleh peserta didik.
  7. Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan (guru, pustakawan, teknolog pendidikan, dan sebagainya).
  8. Peserta didik, yaitu semua anak, remaja, dan orang dewasa yang terlibat dalam proses pendidikan.
 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan.


 DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Ngalim.1958.Ilmu Pendidikan.Bandung:Remadja Karya.
fourseasonnews.blogspot.com/.../pengertian-pendidikan-secara-umum.html
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/.../LPPOLRI.pdf